Sebagai hamba Allâh Ta’âla, semua manusia dalam kehidupan di dunia ini tidak akan luput dari berbagai macam cobaan, baik berupa kesusahan maupun kesenangan. Hal itu merupakan sunnatullâh yang berlaku bagi setiap insan.
Seorang Mukmin dengan ketakwaannya kepada Allâh Ta’âla, memiliki
kebahagiaan yang hakiki dalam hatinya, sehingga masalah apapun yang
dihadapinya di dunia ini
tidak akan membuatnya mengeluh atau stres, apalagi berputus asa. Hal ini
disebabkan keimanannya yang kuat kepada Allâh Ta’âla membuat dia yakin
bahwa apapun ketetapan yang Allâh Ta’âla berlakukan untuk dirinya maka
itulah yang terbaik baginya.
Siapakah yang akan mendapatkan ujian terberat …
Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
«
الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى
حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ
كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ
الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا
عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
“Para Nabi, kemudian
yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan
kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin
berat pula ujiannya.
Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas
agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia
berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
وَاِذَا عَظُمَت المِحْنَةُ كَانَ ذَلِكَ لِلْمُؤْمِنِ الصَّالِحِ سَبَبًا لِعُلُوِّ الدَرَجَةِ وَعَظِيْمِ الاَجْرِ
“Cobaan yang semakin berat akan senantiasa menimpa seorang mukmin yang sholih untuk meninggikan derajatnya dan agar ia semakin mendapatkan ganjaran yang besar.
Syaikhul Islam juga mengatakan,
واللهُ تَعَالَى قَدْ جَعَلَ أَكْمَلَ المُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَعْظَمُهُمْ بَلاَءً
“Allah akan memberikan cobaan terberat bagi setiap orang mukmin yang sempurna imannya.”
Al
Munawi mengatakan, “Jika seorang mukmin diberi cobaan maka itu sesuai
dengan ketaatan, keikhlasan, dan keimanan dalam hatinya.”
Al Munawi mengatakan pula, “Barangsiapa
yang menyangka bahwa apabila seorang hamba ditimpa ujian yang berat,
itu adalah suatu kehinaan; maka sungguh akalnya telah hilang dan hatinya
telah buta. Betapa banyak orang sholih (ulama besar) yang mendapatkan
berbagai ujian yang menyulitkan. Tidakkah kita melihat mengenai kisah
disembelihnya Nabi Allah Yahya bin
Zakariya, terbunuhnya tiga Khulafa’ur Rosyidin, terbunuhnya Al Husain,
Ibnu Zubair dan Ibnu Jabir. Begitu juga tidakkah kita perhatikan kisah
Abu Hanifah yang dipenjara sehingga mati di dalam buih, Imam Malik yang
dibuat telanjang kemudian dicambuk dan tangannya ditarik sehingga
lepaslah bahunya, begitu juga kisah Imam Ahmad yang disiksa hingga
pingsan dan kulitnya disayat dalam keadaan hidup. … Dan masih banyak
kisah lainnya.”
Semakin kuat iman, semakin berat cobaan, namun semakin Allah cinta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ
قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ
السَّخَطُ
“Sesungguhnya balasan terbesar dari ujian yang berat. Jika Allah mencintai suatu kaum,
maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa ridho,
maka Allah pun ridho. Dan barangsiapa murka (tidak suka pada cobaan
tersebut, pen), maka baginya murka Allah.”
Kewajiban kita adalah bersabar dan bersabar. Ganjaran bersabar sangat luar biasa. Ingatlah janji Allah,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).”
(QS. Az Zumar: 10). Al Auza’i mengatakan bahwa ganjarannya tidak bisa
ditakar dan ditimbang. Ibnu Juraij mengatakan bahwa balasan bagi orang
yang bersabar pahala bagi mereka tidak bisa dihitung sama sekali, akan
tetapi akan diberi tambahan dari itu. Maksudnya, pahala mereka tak terhingga. Sedangkan As Sudi mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar adalah surga.
Makna asal dari sabar adalah “menahan”. Secara syar’i, pengertian sabar sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim,
فَالصَّبْرُ
حَبْسُ النَّفْسِ عَنِ الجَزْعِ وَاللَِّسَانِ عَنِ التَّشَكِّي،
وَالجَوَارِحِ عَنْ لَطْمِ الخُدُوْد وَشَقِّ الثِيَابِ وَنَحْوِهِمَا
“Sabar
adalah menahan diri dari menggerutu, menahan lisan dari mengeluh, dan
menahan anggota badan dari menampar pipi, merobek-robek baju dan
perbuatan tidak sabar selain keduanya.” Jadi, sabar meliputi menahan hati, lisan dan anggota badan.
Semoga Allah memberi taufik dan kekuatan kepada kita dalam menghadapi setiap ujian.
No comments:
Post a Comment
Bijak berkomentar, bijak pula dikomentari.