Bijaksana kiranya jika dari pengetahuan agama dan kisah-kisah orang shaleh terdahulu. Sebagai ukuran bahwa semua cobaan dan ujian berat yang ditimpakan kepada orang-orang baik memiliki hikmah kebaikan dibaliknya.
Rasulullah SAW adalah orang yang paling tinggi derajatnya disisi Allah, tapi
ia juga orang yang paling banyak dan paling berat cobaannya. Para nabi
yang lain juga adalah manusia-manusia paling mulia dan paling dikasihi
Allah SWT tapi mereka juga adalah yang paling banyak dan berat dicoba
oleh Allah SWT.
Kafilah ini lalu diikuti dengan kafilah para ulama salaf yang shalih, mereka adalah yang paling banyak dan berat pula
cobaannya jika dibanding manusia lainnya. Imam Syafi’i mengalami
pengusiran dari Kufah ke Mesir, Imam Ahmad dipenjara dan disiksa
bertahun-tahun, dan Imam Malik disiksa sampai mematahkan kedua tulang
bahunya.
Cobaan (ujian) berasal dari kata bahasa Arab fa-ta-na yang berarti
imtihaan, ikhtiyaar, ibtilaa’, yang artinya ujian. Kalimat fatanu
adz-dzahaab berarti membakar emas untuk memurnikannya, artinya emas
perlu dibakar (diuji) dulu sampai ketahuan kualitasnya. Demikian juga
pembakaran batu bata dan pencucian pakaian dilakukan untuk menguatkannya
dan membersihkannya. Demikian pula cobaan dan ujian bagi manusia
diberikan untuk menguatkan jiwanya dan membersihkan dosanya.
Maka cobaan bagi seorang mu’min akan selalu meningkatkan ketinggian
dan kemuliaannya disisi Allah, dan menguji kebenaran keimanannya.
Hikmah yang lain dari cobaan adalah bahwa dengannya seorang mu’min
menjadi semakin matang dan kuat, serta bertawakkal dan semakin berserah
diri kepada Allah SWT.
Dan tidaklah cobaan yang datang kepada seorang mu’min, kecuali hal
itu baik baginya sepanjang ia bersabar dan bersyukur, sebagaimana sabda
Nabi SAW:
“Menakjubkan urusan seorang mu’min, jika ia mendapatkan ni’mat maka ia bersyukur dan syukur itu sangat baik baginya. Dan jika ia ditimpa musibah maka ia bersabar dan sabar itu sangat baik baginya.” (HR Muslim & Tirmidzi)
Lihatlah istri Rasulullah SAW, Aisyah ra yang mendapatkan cobaan yang sangat berat dalam sejarah Islam dengan fitnah yang keji.
Imam Ghazali dalam Ihya-nya menceritakan tentang kisah dirinya
sendiri, sangkaannya bahwa ia sudah mencapai kesempurnaan dalam
bersabar, maka ia berdoa pada Allah untuk diberikan cobaan
sekehendak-Nya, maka Allah-pun mengujinya dengan cobaan yang remeh,
yaitu tidak dapat buang air kecil, maka iapun tidak mampu menanggung
cobaan tersebut, maka iapun bertaubat dan Allah SWT menyembuhkannya,
maka iapun keluar ke jalan-jalan sambil berkata pada setiap anak kecil
yang dijumpainya: “Pukullah pamanmu yang bodoh ini nak!”
Cobaan dan ujian adalah sebuah kemestian dalam kehidupan, tetapi
hendaklah kita tidak meminta untuk diberi cobaan oleh Allah SWT, karena
kalau DIA menguji kita, maka cobaan tersebut pasti sesuai dengan
kemampuan kita, karena DIA Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, tetapi
kalau kita yang meminta untuk diuji, maka ujian yang datang boleh jadi
diluar kemampuan kita, karena DIA Maha Kuasa lagi Maha Perkasa.
Istiqomahlah dalam perbuatan baik dan bersabarlah dalam menghadapi
cobaan dan ujian. Karena setiap kesusahan dari cobaan terkandung
nilai-nilai kebaikan dan pahala di sisi-Nya. Dan itu akan menjadi
permata-permata yang indah di alam akhirat bagi orang-orang beriman yang
selalu menyebar kebaikan di dunia ini.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul
dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan
Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al
Baqarah 214)
No comments:
Post a Comment
Bijak berkomentar, bijak pula dikomentari.