Begitu banyak firman
Allah menjelaskan perihal kematian. Sebab mati merupakan rangkaian proses
kehidupan. “Segala sesuatu pasti akan binasa kecuali Allah. Bagi-Nya segala
penentuan, dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.” Demikian firman Allah yang
tertuang dalam al-Qashas ayat 88. Kematian adalah sesuatu yang niscaya datang dan semua
manusia pasti mengalaminya. Disaat manusia terus mengingat kematian niscaya ia
akan mempersiapkan diri dengan banyak beramal shaleh dan selalu memperbaiki
diri. Setelah kematian datang, tidak ada yang dapat membantu
selain amal shaleh. Ironisnya sedikit diantara kita yang selalu mengingat
kematian. Siap atau tidak siap, mau tidak mau menghadapi mati, malaikat maut
pasti datang. Banyak orang yang ‘lari’ dari kematian dan berusaha
membebaskan pikirannya dari bayang-bayang maut. Kehidupan dunia tiada lain
dimaknai sebagai kehidupan abadi baginya atau mungkin ia merasa tidak siap
lantaran tiada amal yang mestinya menjadi teman kala maut menjemput.
Dengan mengingat dan merenungi peristiwa sakaratul maut
yang sangat amat sakit, saat-saat manusia menghadapi datangnya ajal saja,
dimana nasib kita akan ditentukan di alam keabadian kelak nanti su’ul khatimah
(mati dalam keadaan jelek) atau husnul khatimah (mati dalam keadaan yang baik).
Sebenarnya sudah membuat hati bergetar. Ibnu Abbas berkata, “Penderitaan
terakhir yang dijumpai seorang mukmin adalah sakaratul maut.” Sebuah hadist nabi yang diriwayatkan Imam Thabrani dan
Baihaki mengatakan cukuplah kematian itu sebagai penasehat. Dengan begitu, kita
tidak perlu merasa takut, kaget gelisah maupun sejumput perasaan berdebar
hinggap di hati, kala kematian kelak menghampiri.
No comments:
Post a Comment
Bijak berkomentar, bijak pula dikomentari.