Pertumbuhan Ekonomi Tinggi yang Dibarengi Kemiskinan yang Semakin Meningkat - Triple R Magazine
Pertumbuhan Ekonomi Tinggi yang Dibarengi Kemiskinan yang Semakin Meningkat

Pertumbuhan Ekonomi Tinggi yang Dibarengi Kemiskinan yang Semakin Meningkat

Share This

Disamping pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga dibarengi dengan kemiskinan yang semakin meningkat. Masalah mendasar dalam proses pertumbuhan ekonomi bukan hanya bagaimana menumbuhkan perekonomian secara cepat namun juga terkait dengan siapa yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi tersebut. Jika pertumbuhan ekonomi yang terjadi hanya dihasilkan dari ekspansi ekonomi kelompok penduduk kaya, maka manfaat pertumbuhan ekonomi tersebut hanya dinikmati oleh kelompok penduduk kaya. Hal ini berdampak pada tingkat kemiskinan dan ketidakmerataan pendapatan yang semakin meningkat.  Ini  merupakan koreksi terhadap pembangunan berkelanjutan yang mengutamakan kesejahteran manusia terlebih dahulu yang telah dijalankan selama ini. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi yang cepat dan pengurangan kemiskinan bukanlah hal yang saling bertentangan, tetapi harus dilaksanakan secara simultan. Berbagai kebijakan pembangunan ekonomi seharusnya dirumuskan agar seluruh elemen penduduk dapat berperan serta dalam proses pertumbuhan ekonomi termasuk penduduk miskin. Peningkatan peran serta penduduk miskin dapat dilakukan dengan lebih memberdayakan penduduk miskin melalui perbaikan sumber daya manusia (pendidikan dan kesehatan) dan peningkatan akses terhadap sumber daya faktor produksi.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi yang memang terus berjalan dan meningkat tiap tahun di Indonesia dibarengi juga dengan kemiskinan yang tiap tahun meningkat. Ini terjadi diakibatkan adanya ketidakmerataan pembangunan yang dilakukan terutama pada wilayah perkotaan dan pedesaan. Menurut riset pemerintah, di wilayah pedesaan kemiskinan menurun, tetapi di perkotaan kemiskinan semakin meningkat. Mengapa ini dapat terjadi karena adanya kekuatan kapitalis di perkotaan yang semakin menekan kehidupan orang dibawah rata-rata pendapatan  yang menggeser roda pergerakan permintaan dan penawaran sehingga timbul harga pasar yang cukup melambung tinggi. Tidak meratanya distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah kemiskinan. Di negara maju seperti Indonesia, masalah kemiskinan  sangat sulit diatasi dikarenakan banyak kesenjangan pembangunan yang terjadi yang dipengaruhi oleh  luas wilayah dan jumlah penduduk.

Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang di atas, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut :
  1. Apa yang menyebabkan kemiskinan semakin meningkat , padahal pertumbuhan ekonomi semakin tinggi ?
  2. Apa yang menjadi koreksi terhadap pembangunan berkelanjutan yang telah dijalankan selama ini ?
  3. Bagaimana  cara mengatasi berbagai permasalahan ekonomi terutama tidak stabilnya antara pertumbuhan ekonomi dan masalah kemiskinan ?
Tujuan dan Manfaat
  1. Mengetahui penyebab masalah kemiskinan yang terjadi. Padahal, bila ditinjau dari sisi lain pertumbuhan ekonomi semakin tinggi.
  2. Menjadi bahan pertinjauan evaluasi dari pembangunan berkelanjutan yang telah dijalankan selama ini.
  3. Mengetahui dan mengidentifikasi penyelesaian masalah dalam pembangunan berkelanjutan
  • Masalah Tekanan Penduduk. Adanya pengangguran terutama di desa-desa, kenaikan jumlah penduduk yang pesat dan tingkat kelahiran yang tinggi menyebabkan penuruanan tingkat konsumsi rata-rata dan tangungan lebih besar mengakibatkan pendapatan penduduk menurun.
  • Akses Kesejahteraan. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat serta asumsi ekonomi lain yang membaik ternyata tidak berjalan seiring dengan membaiknya kehidupan masyarakat terutama kaum miskin, karena pertumbuhan tersebut hanya dirasakan oleh masyarakat menengah ke atas. akses untuk meningkatkan kehidupan rakyat miskin justru semakin sulit dicapai seperti pendidikan yang semakin mahal, biaya kesehatan yang tinggi dan makanan bergizi yang sulit dibeli.
  • Tidak Adanya Kesinambungan. Tidak sejalannya kenaikan pertumbuhan ekonomi dengan penurunan kemiskinan, menurut Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Slamet Sutomo karena pertumbuhan ekonomi di Indonesia hanya didukung oleh sektor jasa ketimbang industri manufaktur. 
  • Distribusi Pendapatan Tidak Merata. Masalah lain yang dihadapi negara berkembang adalah melaksanakan pembangunan ekonomi adalah masalah pemerataan pendapatan. Contohnya di Indonesia, perekonomian terkonsentrasi di kota-kota besar, terutama di pulau jawa. Sementara itu, dilihat dari hak penguasaan sector industry, perekonomian didominasi oleh kurang lebih 200 konglomerat. Hal ini disebabkan sistem perekonomian yang terlau terpusat kepada negara sehingga potensi daerah kurang diperhatikan. Melalui perubahan sistem perundang-undangan pemerintah Indonesia mulai memperbaiki sistem perekonomian negara. Sistem perundang-undangan yang memihak praktik monopoli mulai dihapus. Di samping itu, untuk mengurangi kesenjangan pembangunan antara pemerintah pusat dan daerah, diberlakukan undang-undang otonomi daerah. Daerah diberi kebebasan untuk mengembangkan potensi dan pemerintah pusat tidak lagi terlalu campur tangan dalam urusan rumah tangga pemerintah  daerah.



PEMBAHASAN
Kemiskinan dan Pembangunan Berkelanjutan
Saat ini, pemerintah menetapkan bahwa penanggulangan kemiskinan merupakan prioritas tertinggi. Hal ini termuat dalam UU 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Sasarannya adalah mengurangi jumlah penduduk miskin absolut secara berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan yang mengutamakan kesejahteraan manusia terlebih dahulu merupakan koreksi terhadap pembanguna yang telah dijalankan, yaitu hasil yang dicapai di samping pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga dibarengi dengan dengan kemiskinan yang semakin meningkat. Terdapat banyak kesenjangan di berbagai wilayah Indonesia dalam pendapatan yang sangat besar antara penduduk kaya dan penduduk miskin. Bahkan dalam cakupan seluruh dunia juga secara ekstrem ditemukan bahwa 3 orang terkaya di dunia berpendapatan lebih besar dari 48 negara berkembang di dunia. Kekayaan bersih 200 orang terkaya di dunia menigkat dari US$ 440 menjadi US$ 1 triliun. Sebesar 4% dari harta kekayaan mereka dapat mengatasi kemiskinan di seluruh dunia.

Disini kita perlu minanjau dari perspektif pembangunan berkelanjutan Indonesia, dimana kekurangan kita adalah pada sumber daya manusia dan infrastrukturnya, sehingga sumber daya alam yang melimpah tidak dapat dikelola dengan maksimal. Seharusnya diharapkan adanya pengelolaan SDA yang lebih dioptimalkan, meningkatkan manajemen aset kita baik dengan dukungan infrastruktur yang memadai yaitu undang-undang HKN dan BMAN. Apalagi bila konsep bupati/walikota sebagai CEO dapat dilaksanakan dengan baik sehingga pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di daerah-daerah dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Penyususnan neraca yang memuat nilai potensi dan nilai ekstisting sumber daya daerah berdasar konsep pembangunan berkelanjutan yaitu SDA, SDM dan infrastruktur merupakan dasar yang kokoh dalam mengoptimalkan sumber daya daerah. Hal ini akhirnya akan mampu mengatasi masalah kemiskinan di daerah-daerah. Adanya pemerataan pembangunan dan distribusi pendapatan. Ini merupakan penyelesaian yang konstruktif untuk menyelesaikan masalah kemiskinan, dimana masalah kemiskinan akan dengan sendirinya terselesaikan. Memang ini akan membutuhkan waktu yang tidak pendek.

Pertumbuhan Ekonomi Perlu Dibarengi Pengentasan Kemiskinan
Dalam realitanya, pembangunan berkelanjutan di Indonesia masih belum merata sehingga menimbulkan kesenjangan. Memang tidak dapat dipungkiri Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,02 persen di 2016. Angka ini lebih tinggi dari 2015 yang dikoreksi sebesar 4,88 persen. Sementara nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp 2.385,6 triliun. Sedangkan PDB atas dasar harga berlaku (ADBH) mencapai Rp3.194,8 triliun. pertumbuhan ekonomi nasional antara lain dipengaruhi kondisi perekonomian global di kuartal IV yang menunjukkan peningkatan, namun pertumbuhannya belum merata. Ada pendapat, apabila pertumbuhan ekonomi tinggi, secara otomatis seluruh masyarakat akan tambah sejahtera serta kemiskinan berkurang. Benarkah analisis tersebut? Mungkin benar, tetapi tidak sepenuhnya, atau bahkan mungkin sebaliknya.

Salah satu tantangan pembangunan adalah memacu dan menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi yang selalu dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat. Tantangan ini tidak hanya pada tingkat nasional, tetapi juga di tingkat Daerah Kabupaten Kota. Tidak meratanya pembangunan nasional yang dilakukan, sehingga timbulnya kemiskinan meskipun pertumbuhan ekonomi semakin tinggi.

Konsep Ekonomi Islam sebagai Solusi Permasalahan
Fakta yang terjadi dalam globalisasi dalam kaitannya dengan konsep ekonomi islam bila kita cermati dapat memberi solusi atas masalah perekonomian yang terjadi seperti kesenjangan ekonomi dengan konsep zakat, infak, sedekah dll. Konsep ekonomi islam mempunyai kelebihan mutlak karena mendasarkan diri pada wahyu Allah dan bukan semata-mata ciptaan manusia. Sistem ekonomi Islam dapat menjaga stabilitas ekonomi suatu negara dan pembangunan bangsa. Hitungan 2,5% yang ditentukan sebagai zakat dalam konsep ekonomi islam bila diterapkan secara komprehensif dan terkoordinasi dengan baik akan sangat efektif seperti pemberian subsidi dan pemerataan pendapatan.
Zakat, infaq, shodaqoh merupakan instrumen yang dapat mensejahterakan masyarakat kurang mampu. Dengan demikian diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Bukan makmur baru adil seperti yang dianut kapitalisme liberal. Merupakan instrumen strategis dari sistem perekonomian Islam yang memberikan kontribusi besar dalam menangani masalah kemiskinan dan masalah sosial dengan adanya pemerataan.

Adapun solusi lainnya yaitu larangan riba, dengan menjadikan sistem bagi hasil dengan instrumen mudharabah dan musyarakah sebagai sistem yang diterapkan dalam kredit beserta instrumen bunganya. Bunga bank memberikan dampak negatif pada kegiatan ekonomi dan sosial Secara ekonomi, bunga bank menjadikan pertumbuhan ekonomi yang semu dan menurunkan kinerna perekonomian. Dari segi sosial akan membuat masyarakat terbebani dengan bunga yang besar. Melalui larangan riba ini, maka pembangunan dan pertumbuhan ekonomi diharapkan akan terus meningkat.

Maka, melalui penerapan sistem ekonomi Islam dalam mengatasi krisis ekonomi global, negara akan menjadi lebih stabil dan adil. Kerugian dan bahaya sistem ekonomi liberal telah terbukti di berbagi negara. Sistem ekonomi Islam merupakan solusi yang dapat mengatasi krisis ekonomi dunia, sehingga tercipta kesejahteraan yang adil dan merata.

KESIMPULAN
Dari berbagai penjabaran diatas, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi yang meningkat serta asumsi ekonomi lain yang membaik ternyata tidak berjalan seiring dengan membaiknya kehidupan masyarakat terutama kaum miskin, karena pertumbuhan tersebut hanya dirasakan oleh masyarakat menengah ke atas. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk membantu masyarakat seperti Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), bantuan operasional sekolah (BOS) dan lainnya belum cukup untuk membawa masyarakat kecil keluar dari garis kemiskinan.  Para pakar sepakat bahwa kasus “kemiskinan yang semakin tinggi di tengah pertumbuhan yang tinggi dan stabil” dapat dikurangi atau dihilangkan dengan kebijakan pembangunan yang tepat yang dilaksanakan secara tepat pula. Pilihan Program Kegiatan SKPD yang tertuang dalam APBD serta kualitas pelaksanaannya dapat mengurangi atau malah menghilangkan kasus di atas, tergantung pada kualitas perencanaan dan implementasi kebijakan daerah.

Munculnya kasus yang sedang kita bahas ini telah menjadi isu global dan telah dikaji dan ditangani secara lintas sektor, lintas ilmu, dan lintas negara ini ternyata masih terus menjadi permasalahan sampai saat ini. Pemecahan masalah ini harus secara simultan dilaksanakan, baik jangka panjang dan secara struktural dengan penerapan konsep pembangunan berkelanjutan, maupun jangka pendek dengan cara subsidi dan bantuan. Bila memungkinkan marilah kita bersama-sama merenungkan, terutama para pakar ekonomi, bila sudah tahu bahwa konsekuensi dari konsep kapitalis adalah kesenjangan yang menimbulkan kemiskinan, kenapa tidak mencoba memikirkan dan menerapkan konsep ekonomi islam.

IV. DAFTAR PUSTAKA
Maruli, Aditia. “Pertumbuhan Ekonomi Perlu Dibarengi Pengentasan Kemiskinan”. 19 Oktober 2010.http://www.antaranews.com/berita/228963/pertumbuhan-ekonomi-perlu-dibarengi-pengentasan-kemiskinan. Diakses 8 Mei 2017.
Mandiri, Swa. “Perekonomian Daerah tumbuh stabil, tetapi mengapa kemiskinan juga bertambah ?”. 28 Oktober 2010. https://swamandiri.wordpress.com/2010/10/28/perekonomian-daerah-tumbuh-stabil-tetapi-mengapa-kemiskinan-juga-bertambah/. Diakses 8 Mei 2017.
Siregar, Doli. 2004. “Manajemen Aset”. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama. 

No comments:

Post a Comment

Bijak berkomentar, bijak pula dikomentari.

Pages