Banyak Cobaan Disaat Kita Bertaubat - Triple R Magazine
Banyak Cobaan Disaat Kita Bertaubat

Banyak Cobaan Disaat Kita Bertaubat

Share This
Dalam konteks agama, taubat adalah kembali kejalan yang benar untuk mendekatkan diri kepada Allah setelah ia pergi meninggalkan jalan Allah.

Seseorang yang bertaubat adalah ia yang menyadari bahwa jalan yang selama ini ia tempuh adalah jalan yang menjauhkan dirinya dari Allah, dan jalan itu dalam Al Quran dinyatakan sebagaimana ayat ;
“Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil." 

Tuhan berfirman: "Pergilah, barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka”. (QS :17 :62-64)

Iblis dan syaitan sangat bersungguh-sungguh untuk menyesatkan manusia. Sampai-sampai ada yang mengatakan, Iblis dan syaitan bersungguh-sungguh menyesatkan manusia untuk mengikuti jalan mereka, sebagaimana hamba yang bersungguh-sungguh taat kepada Allah.

Untuk bertaubat (kembali ke jalan Allah), Iblis akan senantiasa mengganggu manusia. Dan hal ini adalah salah satu bentuk ujian (cobaan) yang Allah berikan kepada setiap hamba-Nya.

Sedangkan dalam konteks ujian atau cobaan yang Allah berikan kepada manusia sangat beragam dan bertingkat-tingkat. Manusia akan di uji sesuai dengan kadar kesanggupannya. Ujian seorang presidan sangat berbeda dengan ujian seorang tukang batu, masing-masing telah Allah tetapkan sesuai dengan keadaan manusia itu,

Setidaknya dalam konteks ujian / cobaan, ia terbagi menjadi dua bagian besar ;
Yang pertama, ujian atau cobaan yang di alami seseorang ketika ia hendak bertaubat dari jalan kesesatan menuju jalan kebaikan. Sampai ia mencapai derajat mukhlisin. Hal ini sebagaimana dinyatakana melalui ayat ;
“Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka”. ( QS :38 : 82-83).
Yang kedua, ujian atau cobaan untuk mengukuhkan keimanan seseorang yang telah berada dalam kategori mukhlisin, untuk mencapai derajat yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Dan diterangkan pula sebagaimana sabda Rasulullah saw ;
“Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah 'Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah. (HR. Tirmidzi)

Atau sebagaimana dalam riwayat lain ;
“Sa'ad bin Abi Waqqash berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya?" Nabi Saw menjawab, "Para Nabi kemudian yang meniru (menyerupai) mereka dan yang meniru (menyerupai) mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamnya tipis (lemah) dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa. (HR. Bukhari)

Kedua hal ini akan terus menerus terjadi dalam kehidupan manusia. Jika ia tidak berada pada kategori yang pertama, pastilah ia akan berada pada kategori yang kedua. Dan dalam konteks perjalanan manusia dan tujuan pokok penciptaannya di dunia hal ini semakna dengan firman Allah ;
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS :67 :2).

Insya Allah, melalui ilustrasi singkat ini, dapat merubah paradigma kita dalam memandang setiap ujian dalam kehidupan ini.
Allah tidak memberikan ujian kepada kita kecuali Allah menginginkan kebaikan untuk diri kita sendiri, jika diumpamakan, sama seperti seseorang siswa, semakin tinggi gelar yang akan dicapainya, semakin sulit pula ujian yang akan ditempuhnya…
Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment

Bijak berkomentar, bijak pula dikomentari.

Pages